Gadis cantik ini tersenyum saat kekasihnya menautkan cincin
pertunangan mereka di jari manisnya. Terdengar suara tepuk tangan dari
para tamu undangan. Gadis ini juga dengan mantapnya menautkan cincinnya
ke jadi manis tunangannya. Malam ini gadis cantik bernama Azahra Alifa
dan kekasihnya Rafael Landri Tanubrata. Sah menjadi sepasang calon suami
istri.
“Aku sayang sama kamu.” Rafael mencium kening Zahra.
“Aku juga raf.” Zahra memeluk Rafael. Rafael tersenyum dan membalas pelukan Zahra.
Acara pertunangan pun berjalan dengan lancar.
***
Setelah
acara pertunangan itu berlangsung. Keadaan rumah kembali seperti biasa.
Zahra sudah berada di kamar nya. Sementara keluarga Rafael sudah pulang
dari satu jam yang lalu.
“Sekarang
aku sudah menjadi tunangan Rafael. Itu tandanya aku harus benar-benar
melupakan Rangga.” Zahra tertunduk didepan meja riasnya.
Zahra
membuka laci kecil meja riasnya. Dia tersenyum melihat bingkai foto nya
bersama Rangga Dewa Moela. Kekasihnya yang sudah meninggalkannya tanpa
ada kabar 2 tahun yang lalu.
“Kamu dimana ngga? Kenapa kamu jahat sama aku? Kamu ingkarin janji kamu untuk terus bersama aku.” Zahra mengelus figura Rangga.
“Kamu
pergi tanpa kabar, kamu tinggalin aku gitu aja. Kamu gak tau kan gimana
sakitnya aku ngga? Kamu jahat.” Zahra melipat kedua tangannya di meja
rias, gadis ini menangis dan menenggelamkan kepalanya di kedua
tangannya. Foto Rangga dan dirinya sudah terjatuh kelantai.
***
“Selamat
malam Indonesia. Selamat bertemu lagi dengan saya.” Lelaki ini
tersenyum saat dirinya melangkahkan kaki keluar dari bandara.
“Antarkan
saya ke alamat ini pak.” Lelaki tampan ini memberikan selembar kertas
kepada supir taxi. Supir taxi mengangguk dan membukakan pintu.
“Tolong juga barang-barang saya.” Ujarnya.
“Iya mas.” Supir taxi mengangguk dan memasukkan barang-barang pelanggannya kedalam bagasi.
“Aku udah gak sabar mau bertemu kamu. Maafin aku karena pergi tanpa pamit.” Lirihnya tersenyum memandang foto dalam dompet nya.
***
“Aku sayang sama kamu.” Ujar lelaki keturunan Indonesia-Belanda ini pada kekasihnya.
“Aku juga. Janji jangan pernah tinggalin aku ngga.” Gadis berwajah cantik ini memeluk nya.
“Kita akan selalu sama-sama sampai kapan pun.” Rangga Dewa Moela. Dia memeluk erat kekasihnya ini.
“Jangan tinggalin aku ngga.” Gadis bernama Azahra Alifa ini mendangakkan kepalanya dan menyentuh pipi Rangga.
Rangga tersenyum manis dan mencium kening Zahra. Perlahan Rangga mulai menjauh. Zahra berusaha mengejarnya, namun sia-sia.
“Ranggaaaaa.” Teriak Zahra.
Nafas Zahra terasa tidak beraturan. Dia menatap pantulan dirinya di cermin. Zahra mengusap kasar wajahnya.
“Ya Tuhan, mimpi itu lagi.” Zahra.
“Gak
ra, udah 2 tahun yang lalu dia meninggalkan mu tanpa kabar, kamu gak
boleh lemah. Dia sudah menjadi masa lalu. Sekarang kamu sudah punya
Rafael.” Lirih gadis ini dan segera bangkit dari tempat duduknya menuju
kamar mandi.
***
“Yakin loe kak mau langsung kerja?” Tanya lelaki berwajah tampan ini pada sang kakak.
“Yakin
lah bis, justru gue pulang juga karena bokap gak bisa ninggalin kerjaan
di Belanda, karena gue udah gak jalanin pengobatan itu lagi. Gue
putusin untuk gantiin papa disini. Ada rapat penting dengan perusahaan
‘Rafael’s group’ pagi ini.” Jawab lelaki bernama Rangga pada adik nya
yang bernama Bisma Karisma.
“Ya udah deh, tapi loe jangan kecapean juga ya kak. Nanti loe droup lagi.” Bisma menggigit roti nya.
“Tenang aja. Oh iya, Dicky mana? Dia gak ngampus?” Rangga.
“Gue disini kak.” Dicky M Prasetyo, adik kedua Rangga. Dicky menuruni anak tangga dan duduk di sebelah Bisma.
“Tumben, biasanya aja bolos loe. Pandai banget cari muka.” Bisma.
“Sialan loe. Gue ada UAS hari ini.” Dicky. Bisma terlihat santai saat Dicky mengomel.
“Sudah-sudah.
Cepat habiskan makan kalian, setelah itu pergi ke kampus. Ingat, jangan
coba-coba cabut, terutama kamu Dicky. Kalau di DO jangan merengek.”
Rangga. Dicky mengangguk.
“Gue berangkat dulu.” Rangga. Bisma dan Dicky mengangguk kecil melihat kepergian Rangga.
“Berapa lama kak Rangga di Indonesia?” Dicky.
“Man ague tau. Makin lama makin bagus. Biar kerjaan loe gak Cuma main PS.” Bisma berdiri dan meninggalkan Dicky yang manyun.
“Punya
kakak dua tapi sama-sama gak asyik. Main PS kan lebih seru dari pada
belajar dengerin dosen ngoceh di depan kelas.” Dumel Dicky dan
melanjutkan sarapannya.
***
“Maaf menunggu lama pak. Tadi saya terjebak macet.” Rangga memasuki ruangan meeting.
“Oh iya, tidak apa-apa, saya juga baru sampai. Silahkan duduk.” Ujar lelaki bermata sipit ini.
“Saya Rafael.” Lelaki bermata sipit ini mengulurkan tangannya. Rangga menjabat nya.
“Rangga.” Rangga tersenyum.
“Bisa kita mulai saja pak?” Rafael. Rangga mengangguk. Rangga dan Rafael pun membicarakan kerja sama yang akan mereka bangun.
***
“Dian, pak Rafael nya ada?” Tanya Zahra pada sekertaris pribadi Rafael.
“Eh mbak Zahra. Adak ok mbak. Tapi bapak sedang meeting.” Jawab Dian, sekertaris Rafael.
“Masih lama ya yan?” Zahra.
“Lumayan sih, tapi pesan pak Rafael tadi, kalau mbak Zahra datang disuruh masuk saja.” Dian.
“Tapi saya segan yan. Berapa orang sih?” Zahra.
“Hanya satu orang mbak. Tidak usah segan. Masuk saja. Mbak kan tunangan pak Rafael.” Dian.
“Jadi cuma satu orang? Baiklah. Hemm saya masuk.” Zahra. Dian mengangguk.
“Makasih ya yan.” Zahra.
“Sama-sama mbak.” Dian. Zahra memasuki ruangan meeting.
“Beruntung sekali pak Rafael, mbak Zahra itu sudah baik, kaya, cantik lagi.” Lirih Dian dan kembali pada kerjaannya.
***
“Baiklah, terimakasih pak Rangga. Semoga ini awal yang baik untuk perusahaan kita.” Rafael.
“Sama-sama pak. Semoga saja.” Rangga.
“Permisi.”
Terlihat gadis manis ini masuk dan tersenyum. Rafael dan Rangga
menoleh. Rafael tersenyum. Sementara Rangga, dia terlihat terkejut,
Rangga berdiri dan menatap Zahra.
“Ra.. Rangga.” Zahra terlihat sama terkejutnya dengan Rangga. Rafael menatap heran kearah Rangga dan Zahra.
“Kalian saling kenal?” Tanya Rafael.
“Zahra.”
Lirih Rangga. Zahra menggeleng, air matanya pun tumpah membasahi pipi
mulusnya. Zahra menghapus air matanya dan erlari keluar ruangan meeting
Rafael.
“Sayang tunggu.” Rafael mencoba menahannya, namun Zahra berhasil melepaskan diri dari Rafael. Rafael menatap Zahra yang berlalu.
“Sayang?” Lirih Rangga menatap Rafael. Rafael tersenyum.
“Dia tunangan saya pak.” Jawab Rafael.
Degg! Jantung Rangga seolah-olah berhenti. Tunangan? Bagaimana bisa? Bukankan Zahra kekasih Rangga?
“Pak, ada apa?” Tanya Rafael. Rangga menggeleng dan tersenyum.
“Saya permisi pak. Saya masih ada urusan lain.” Rangga.
“Oh, iya.” Rafael. Rangga meninggalkan Rafael.
“Kenapa? Apa Zahra mengenal pak Rangga?” Batin Rafael.
“Sudahlah, lebih baik aku cari Zahra.” Rafael mengambil kunci mobilnya dan meninggalkan kantor.
***
“Aaaaaaaa.” Teriak Zahra disebuah danau buatan kecil di dekat taman.
“Aisshhh,
berisik banget loe.” Seseorang mendekati Zahra. Zahra menatapnya
terkejut. Karena tadi Zahra tidak melihat siapa-siapa disana selain
dirinya.
“Kamu kok ada disini? Perasaan tidak ada siapa-siapa.” Zahra.
“Gue tadi di belakang pohon itu. Gue lagi santai. Loe ngapaoin sih teriak-teriak. Seperti orang gila aja.” Dengusnya.
“Gue Zahra.” Zahra mengulurkan tangannya.
“Gue Pelangi.” Gadis cantik ini menjabat tangan Zahra.
“Gue lagi Galau.” Zahra memanyunkan bibirnya.
“Galau? Karena cowok?” Ujar Pelangi. Zahra mengangguk.
“Hahahaha, cewek zaman sekarang. Sedikit-sedikit galau.” Pelangi.
“Emang kamu gak cewek?” Zahra.
“Jadi
loe fikir gue banci? Gila loe. Gue emang cewek. Tapi gak cewek seperti
loe yang mudah galau karena cowok. Gue mah galau kalau gue gak punya
uang.” Pelangi. Zahra sedikit terkekh.
“Nah, kan loe cantik kalau ketawa.” Pelangi.
“Apaan sih.” Zahra terlihat malu dan memukul lengan Pelangi.
***
Sebulan
sudah sejak kejadian Zahra bertemu dengan Rangga di kantor Rafael.
Rafael masih belum tau tentang hubungan Zahra dan Rangga. Zahra pun
secara diam-diam suka bertemu dengan Rangga. Karena Rangga dapat nomor
handphone Zahra dari Bisma yang kekasihnya adalah sahabat Zahra. Malam
ini Zahra bertemu (lagi) dengan Rangga. Ini adalah pertemuan yang sudah
kesekian kalinya.
“Tapi aku masih sayang sama kamu ra.” Rangga menggenggam jemari Zahra.
“Ngga aku mohon. Sudah berapa kali aku bilang, aku sudah tunangan dengan Rafael.” Zahra menarik tangannya.
“Tapi aku gak bisa terima itu semua. Kamu pacar aku.” Rangga.
“Pacar ngga? Kalau aku pacar kamu, kenapa kamu tinggalin aku gitu aja? Kenapa kamu gak kasih aku kabar? Kenapa ngga?” Zahra.
“A.. aku, aku punya alasan ra. Alasan yang gak bisa aku jelasin saat ini.” Rangga.
“Lihat
ngga, bahkan kamu tidak bisa menjelaskan alasan kamu kan? Kamu itu
jahat tau nggak. Aku nungguin kamu berhari-hari, berminggu-minggu, dan
berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun ngga. Tapi kamu dimana? Kamu gak
kabarin aku. Bisma dan Dicky juga menghindar dari aku. Kenapa? Apa aku
harus bertahan terus? Tidak ngga, aku juga butuh pendamping. Disaat aku
terpuruk karena kamu, Rafael yang buat aku bangkit dan meyakinkan aku
kalau aku gak boleh terus-terusan terpuruk.” Zahra.
“Tapi.. tapi aku.” Rangga terlihat bingung harus berkata apa, karena disini, memang dia lah yang salah.
“Sudahlah ngga. Aku capek berdebat terus sama kamu.” Zahra memalingkan wajahnya.
“Ra, aku sayang sama kamu.” Rangga kembali menggenggam tangan Zahra. Zahra tertunduk.
“Tapi aku sayang sama Rafael.” Jawab Zahra. Namun kepalanya tertunduk.
“Gak, kamu bohong. Lihat aku dan bilang kamu gak cinta sama aku.” Rangga. Zahra menggeleng.
“Tatap aku ra. Tatap mata aku.” Rangga mengangkat dagu Zahra agar menatapnya. Zahra menatap Rangga. Air matanya menetes.
“Sekarang bilang kalau kamu gak cinta sama aku, bilang kalau kamu cinta sama Rafael. Ayo bilang.” Rangga.
“Ngga.” Lirih Zahra.
“Bilang ra.” Rangga. Zahra semakin menangis.
Disebrang
sana terlihat Rafael yang selesai bertemu clien nya. Rafael bermaksud
akan keluar caffe, tapi matanya melihat orang yang sangat dia kenal.
Rafael menghentikan langkahnya dan sedikit mendekat. Rafael terkejut dan
benar-benar tidak percaya. Bahkan Rafael mendengar semua yang diucapkan
oleh Rangga pada Zahra. Rafael menggeleng lesu.
“Jadi Rangga cowok itu. Kenapa Zahra tidak jujur?” Batin Rafael. Rafael berjalan mendekati Zahra dan Rangga.
“Aku.. aku.. aku sayang sama kamu, dan aku juga sayang sama Rafael.” Jawab Zahra. Rangga tersenyum.
“Tapi kamu harus pilih salah satu.” Rafael. Zahra dan Rangga menoleh. Zahra berdiri dan mengapus air matanya.
“Raf, aku bisa jelasin.” Zahra. Rafael tersenyum.
“Aku
terima apa pun keputusan kamu. Aku tau bagaimana sayang nya kamu sama
Rangga. Aku tau kok aku hanya pelampiasan saja. Tapi satu yang harus
kamu tau. Aku TULUS dan benar-benar sayang sama kamu.” Rafael tersenyum dan menyentuh kedua pipi Zahra.
“Raf.”
Rangga. Rafael menatap Rangga dan tersenyum. Rafael membuka cincin
pertunangannya dengan Zahra dan memberikannya pada Rangga.
“Gue titip Zahra.” Rafael. Zahra menangis.
“Tapi raf..” Rangga. Rafael tersenyum. Rafael kembali mendekati Zahra dan mencium kening Zahra.
“Aku
tau, Rangga yang terbaik untuk kamu. Aku ikhlas, aku senang pernah jadi
pengisi hati kamu walau semua tidak seindah yang aku mau.” Rafael.
Rafael
menghela nafas dan membalik badannya. Rafael melangkah dengan perasaan
yang tidak tentu. Rangga hanya tertunduk. Tapi Zahra? Dia berlari
memeluk seseorang.
“Aku sayang
sama kamu dan aku sudah putuskan untuk terus bersama kamu.” Zahra
memeluk Rafael. Rafael menghentikan langkahnya. Rangga menatap Zahra dan
Rafael.
“Ra, jangan bercanda. Sekarang Rangga sudah disini. Aku tidak apa-apa.” Rafael.
“Gak
raf, Zahra benar. Loe yang selama ini ada untuk dia, jadi loe yang
pantas mendampingi Zahra.” Rangga mendekat dan kembali memasangkan
cincin Rafael.
“Cincin ini hak loe. Gue titip Zahra
ya. Gue yang salah udan ninggalin Zahra, jadi Zahra sekarang milik loe.”
Rangga tersenyum dan melangkah menjauhi Rafael dan Zahra.
Baru
berapa langkah, Rangga merasakan sakit di kepalanya dan akhirnya Rangga
tidak sadarkan diri. Rafael dan Zahra berlari mendekati Rangga.
“Ranggaaaaa bangun.. Rangga kamu kenapa ngga? Bangun.” Zahra terlihat histeris.
“Kak Rangga.” Bisma dan Dicky berlari mendekati Rafael, Zahra dan Rangga.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dengan Rangga? Jawab aku Bisma, Dicky.” Zahra.
“Maaf
kak, selama ini kak Rangga ke Belanda untuk berobat. Dia mengidap
penyakit kanker hati.” Jawab Dicky dan tertunduk. Zahra menggeleng dan
menangis histeris. Sementara Bisma segera membopong tubuh Rangga berdua
Dicky untuk segera di bawa kerumah sakit terdekat.
~bersambung~
Gantung ya?? emang sengaja,, sambungannya tunggu tahun depan ya
kalau ada umur panjang :D ... So, sabar ya RNZ dan SB yang baca :D
1xbet korean online betting - legalbet.co.kr
BalasHapus1xbet korean online betting - best odds for 1xbet 2021,best worrione odds for registration,best betting sites for beginners. 바카라사이트